Postingan

SIMFONI BERALAS BUMI

Indah; netra kelam milikmu seakan mampu menyihirku. Membawaku hanyut dalam kelamnya luka di sudut mata yang rapat tersimpan tanpa sepengetahuan. Terpana; sekilas aku tertipu oleh binarmu. Hingga akhirnya aku menemukan sedikit celah itu, sakit. Mengapa hatiku ikut berdenyut seolah ikut merasa kesakitan milikmu? Apa yang sebenarnya berusaha kau sembunyikan, Tuan? Tidakkah kau izinkan aku untuk ikut merasakan? Tenang; alunan merdu darimu kembali menyihirku. Kembali membawaku seolah ikut terjun dalam kelamnya duniamu, meski sebenarnya tak begitu. Benteng pertahanan itu terlalu kokoh untuk kurobohkan tanpa persiapan. Benteng milikmu masih terlalu tinggi untuk kupanjat seorang diri berteman sepi. Benteng itu; layaknya hal tabu. Lantas bagaimana selanjutnya, Tuan? Menari, bernyanyi lalu menatap indah pahatan Tuhan. Mengapa tak melakukan ini? Mengapa seakan buta dengan yang didamba? Mengapa seolah tuli dengan alunan yang terkasih? Mengapa? Salahkan jika kemudian begitu, Tuan? ©®Ruangrasagadisd...

SEMESTAKU

Hanya dengan ini aku rindu kamu Mengingat semua yang kita lalui dulu Di kala hujan pada langit kelabu Di masa sulit dalam hidupmu Senyum indah itu terpatri di bibirmu Laksana binar surya menembus tabir biru Sepasang obsidian nan teduh menatapku Dengan sejuta harapan walau semu Aku bahagia bisa bertemu denganmu Merangkai kisah kita dalam gaya baru Meski sebentar tidak mengapa untukku Lantaran kamu selalu ada di hatiku Kisah kasih awal bertemu Mengukir kenangan paling berkesan untukku Berbagi asmara hingga takdir merenggut dirimu Menyisakan bilur dan nestapa dalam kalbu Meski begitu, aku bersyukur dicintai olehmu Mencipta ruang khusus untukku Perihal semua itu Tentu tentangmu, Semestaku Surabaya, 2022 ©®Ruangrasagadisdesa @nrfatta

UTOPIA RASA

Tuan, tahukah Anda makna di antara kita? Seberkas memori yang menyertai setiap langkah berteman lara. Bukan. Semua tidak seperti yang Anda pikirkan. Bersama dalam setiap masa. Rasanya pasti menyenangkan jika kita mengalaminya. Anda tahu, Tuan? Setiap langkah yang kita lakukan bersama terasa indah bak nirwana. Jejak kaki yang mengiringi menambah ikatan semakin terasa murni. Atma yang selalu bersama, akan bergelora tiada tara. Dulu Anda berucap tuk selalu bersama bukan? Anda lantunkan janji yang membuai diri. Anda ingat itu, Tuan? Gerak bibir yang selalu kuingat kala rindu menyisir, pahatan sempurna yang hadir dan menetap dalam pikir. Ah, rasanya seolah melayang sehabis menegak bir. Tuan, kita masih bersama. Satu bahtera yang dipimpin nakhoda. Mengarungi samudra, menerjang badai nan menerpa. Teruslah bergandeng tangan saat berjalan di atas butala. Saat sendiri, teringat dengan kebersamaan kita. Merajut asa di atas nestapa, mencari bahagia di samping lara. Tuan, inikah akhirnya? Inikah ak...

BELENGGU API TUNGGU

Rasanya semua sudah tak berarti apa-apa. Panah asmara yang dulu Tuan berikan telah sirna menyisakan kenangan. Samakah Anda dengan Tuan yang saya kenal? Ah, tidak. Hampa ... asing. Semua tak sama meski dipaksa. Malapetaka berselimut euforia, tak bisa terelak sebab tertutup jamanika. Sedang distopia di atas utopia, berpeluk di antara sang dama. Huh! Tersadar akan hal yang mengganjal. Gadis ini terlalu naif untuk sebuah fakta. Gadis ini terlalu takut akan atma dalam daksa yang berbeda. Tuan, bisakah kembali dalam pelukan? Dapatkah terwujud semua angan? Apakah asa dapat memecah sebuah aksa? Mungkinkah? Tuan hanya bergeming tanpa suara. Hanya mampu menatap lekat tanpa mendekat. Lihatlah, Tuan! Sekat ini tak sedekat dulu. Sekat ini berhasil memisahkan dua kubu yang saling beradu. Entah dari mana asal muasal terdahulu, yang ada hanya meniru hal semu. Meski kelabu, tapi logika tahu. Anda tahu, Tuan? Di sana, sepasang manik legam menatap nabastala malam dalam diam. Berpikir; akankah kenangan it...

HADIRNYA SANG TUAN

Satu windu yang menjadi saksi bisu semua sembilu. Binar indah gadis kecil yang akhirnya direnggut seiring waktu. Garis senyum indah itu kini menjadi kaku sebab luka masa lalu yang masih bertalu. Apatah sesakit itu? Mungkinkah sedalam itu? Tak bisakah penyembuhnya adalah waktu? Rentetan kilas masa lalu membuatnya ragu tuk memulai hal baru, membuatnya terdiam di sudut ruang pilu. Ya! Garis senyum itu akhirnya terlukis indah pada tempatnya. Satu hal langka yang ia perlihatkan pada kejamnya dunia. Netra segelap obsidian legam menyorot tajam tepat di depan sana, menilik siluet pria misterius di bawah pancaran surya. Ia menari riang bersama kupu-kupu berteman gemercik suara. Cukup lama. Hati gadis kecil itu menghangat tanpa tahu penyebabnya. Benarkah ia? Atau hanya kenaifan semata? "Tuan!" Ia berteriak memanggil pemilik siluet itu. Langkah kecil membawanya mendekat, semakin dekat, dan akhirnya berdiri tepat. Hening. Bergeming. Pemilik siluet itu enggan melihatnya, ia seakan tak sud...