UTOPIA RASA
Tuan, tahukah Anda makna di antara kita? Seberkas memori yang menyertai setiap langkah berteman lara. Bukan. Semua tidak seperti yang Anda pikirkan. Bersama dalam setiap masa. Rasanya pasti menyenangkan jika kita mengalaminya. Anda tahu, Tuan? Setiap langkah yang kita lakukan bersama terasa indah bak nirwana. Jejak kaki yang mengiringi menambah ikatan semakin terasa murni. Atma yang selalu bersama, akan bergelora tiada tara. Dulu Anda berucap tuk selalu bersama bukan? Anda lantunkan janji yang membuai diri. Anda ingat itu, Tuan? Gerak bibir yang selalu kuingat kala rindu menyisir, pahatan sempurna yang hadir dan menetap dalam pikir. Ah, rasanya seolah melayang sehabis menegak bir. Tuan, kita masih bersama. Satu bahtera yang dipimpin nakhoda. Mengarungi samudra, menerjang badai nan menerpa. Teruslah bergandeng tangan saat berjalan di atas butala.
Saat sendiri, teringat dengan kebersamaan kita. Merajut asa di atas nestapa, mencari bahagia di samping lara. Tuan, inikah akhirnya? Inikah akhir dari semua masa yang menyertai kita? Bukankah Anda berkata bahwa semua akan baik-baik saja? Anda bahkan menjamin itu dengan mengorbankan segalanya. Ternyata seperti ini nyatanya, semua hanya kilasan semua semata. Haruskan aku percaya pada Anda? Tuan, cerita ini begitu rumit. Cerita ini melebihi labirin yang sulit. Setiap sudut aku tak menemukan celah dan semua kian berbelit. Anda juga merasakannya bukan? Lantas, bagaimana kita menghadapinya? Aku tak mengerti seperti apa pola pikir Anda, bagaimana jalan ceritanya atau bagaimana jalan keluarnya. Hanya satu hal yang pasti aku tahu, Tuan. Sebuah kebersamaan yang mengharap tak terpisahkan.
“Senja hari ini indah, bukan?” Kata yang pernah Anda ucapkan saat di bukit kala itu. Tersenyum, binar sepasang obsidian indah milik Anda menatap lurus padaku. Desir angin menyatu bersama raga yang dimabuk asmara. Suara letupan menggema di balik raga menegak, seiring rona merah yang menghias paras milik kita. Rasa apa di balik ini semua? Entahlah. Biar hanya kami yang merasakannya. Sesaat, atma terbuai akan semua, kendati penolakan terjadi pada raga. Semua berjalan tanpa bilur nestapa, sebelum hal hebat mengungkap semua. Tidak. Anda pasti tahu akan hal ini, memilih bungkam tanpa menyikapi. Terjerat makna di dalam kalimat Anda, tanpa sadar itu pesan hati. Harap yang melayang di atas bentala seakan menembus tabir sang cakrawala. Mengoyak, merobek halangan di antara panjatan doa. Harusnya aku tahu maksud Anda, tapi semua sudah tiada guna.
Tuan, sadarkah Anda? Sang bayu yang membawa rindu senantiasa mengusik kalbu. Gemercik tirta mengisi ruang di antara rindu. Sinar surya menerobos masuk menembus kelambu. Entah bagaimana, kedua netra memandang ancala dengan cemburu. Tuan, hari ini aku di samping Anda dalam diam. Mengikuti jejak setapak yang tertinggal di belakang. Lagi, kita bersama dalam hening suara. Hanya kicau burung yang menjadi penentu ke mana tujuan akhir kita. Serta merta Anda menoleh dengan tatapan bertanya. Kendati tak tahu apa, seutas senyum terukir di sana. “Kau pasti tahu segalanya.” Sepatah kata yang Anda pilih untuk mengungkap gelisah dalam dada. Berlalu, hanya hening yang bertalu. Terima kasih, Tuan. Kebersamaan di atas bentang jarak tak terlihat mata membuatku mengerti akan keadaan. Anda tak perlu gelisah di sana. Kendati banyak pertanyaan yang berputar bak film rusak dalam memori kepala, tapi tak apa. Sungguh ... tak apa.
©®Ruangrasagadisdesa
@nrfatta
Komentar
Posting Komentar